Jumat, 07 Mei 2021

PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP TENAGA KERJA




REVOLUSI INDUSTRI 1.0

Revolusi Industri adalah perubahan besar yang terjadi dengan cepat terhadap cara manusia mengelola sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan ekonominya ditandai dengan mudahnya pekerjaan manusia dalam kegiatan produksi, distribusi, ataupun konsumsi. Hanya saja ada dampak yang ditimbulkan bagi sektor ketenagakerjaan, di mana pemanfaatan tenaga manusia menjadi berkurang karena telah diganti oleh mesin uap. Selain itu,  upah buruh ditentukan oleh majikan berdasarkan jenis golongan, muncul perseteruan antara kaum buruh dengan kaum majikan dan kaum buruh selalu dirugikan dengan beban pekerjaan yang semakin bertambah tetapi upah tidak dinaikan.  

 Negara yang mempelopori terjadinya Revolusi Industri ini adalah Inggris. Revolusi pertama disebut dengan Revolusi Industri 1.0 yang terjadi pada abad ke-18.  Belanda dan Inggris yang pada saat itu masih menguasai Indonesia membawa dampak dan perubahan yang besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia atas adanya revolusi industri  diantaranya Indonesia menjadi daerah eksploitasi yang di mana seluruh sumber daya alamnya dapat digunakan sebagai bahan baku mesin industri bangsa barat, Masuknya para pemodal asing yang dapat mendirikan pabrik industri untuk membuat suatu produk, Mulai dibangun jalur darat seperti jalur kereta api di Jawa yang berfungsi sebagai jalur untuk memperlancar mobilitas perdagangan antar satu daerah dengan yang lainnya dan Munculnya industri gula.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REVOLUSI INDUSTRI 2.0

Revolusi Industri 2.0 dikenal juga dengan revolusi teknologi dimana dalam periode ini terjadi lompatan besar dan radikal dalam perkembangan teknologi dan budaya masyarakat terjadi di awal abad ke-20, antara 1870 s.d awal Perang Dunia I. Revolusi industri 2.0 terjadi kemajuan industri yang sangat cepat di Inggris, Jerman, Amerika, Perancis, dan jepang. Selanjutnya Revolusi industri ini menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika.

Revolusi industri ini ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu sudah tergantikan oleh mesin uap, perlahan mulai tergantikan lagi oleh tenaga listrik. Walaupun begitu, masih ada kendala yang menghambat proses produksi di pabrik, yaitu masalah transportasi. Inovasi pada periode ini merupakan pengembangan industri sebelumnya dengan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi dan berlangsung sekitar tahun 1900-1960 yang bercirikan dengan ditemukannya mekanisasi sistem produksi massal dengan menggunakan jalur perakitan yang lebih efektif dan efisien, serta adanya standarisasi mutu dan kualitas.

Pada era ini, manajemen bisnis mengalami perkembangan yang memungkinkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi fasilitas industri. Hal tersebut membentuk adanya divisi-divisi pekerjaan dimana setiap pekerja hanya bekerja dalam bagian tertentu dari seluruh proses pekerjaan. Sehingga, Assembly Lines atau proses manufaktur dimana setiap bagian disusun berdasarkan urutan untuk menghasilkan produk jadi yang lebih cepat dari metode manufaktur yang biasa dilakukan.

Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode Revolusi Industri 2.0 antara lain :

a)      Pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai sumber bahan bakar baru.

b)      Periode awal teknologi listrik yaitu penemuan arus listrik AC dan DC yang bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik (elektrifikasi).

c)      Inovasi baru produksi besi dan baja dalam skala besar.

d)     Produksi massal mobil dan pesawat sebagai alat transportasi massal.

e)      Meluasnya pemakaian mesin industri untuk manufaktur.

f)       Meluasnya penggunaan telegraf yang memungkinkan untuk melakukan komunikasi jarak jauh.

g)      Penggunaan teknologi listrik yang diterapkan ke dalam teknologitransportasi dan telekomunikasi merupakan lompatan besar bagi perkembangan di sektor industri.

 

 

 

 

 

 

 

REVOLUSI INDUSTRI 3.0

Revolusi industri 3.0 ditandai dengan munculnya teknologi informasi dan elektronik yang masuk ke dalam dunia industri yaitu sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot. Peralatan industri sudah tidak lagi dikendalikan oleh manusia, namun sudah dikendalikan oleh komputer atau lebih dikenal dengan istilah komputerisasi.

Pada periode ini tahun 1960-2010 melahirkan inovasi pengembangan sistem perangkat lunak untuk memanfaatkan perangkat keras elektronik. Banyak penemuan-penemuan dan pembuatan perangkat elektronik yang memungkinkan untuk melakukan otomatisasi operasional mesin-mesin menggantikan peran operator produksi. Berubahnya tenaga manusia menjadi tenaga mesin atau robot seharusnya membawa dampak yang signifikan bagi produktivitas tenaga kerja manusia. Para tenaga kerja di dunia, bisa saja kehilangan pekerjaannya yang mulai digantikan oleh tenaga komputer dan robot. Sehingga, angka pengangguran bisa saja meningkat akibat dari revolusi industi 3.0.

Namun, ternyata revolusi industri 3.0 di Indonesia memberikan dampak yang positif utamanya terhadap penciptaan lapangan kerja dan penurunan tingkat pengangguran. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang ada dalam “Statistik 70 Tahun Indonesia Merdeka”, menunjukkan data yang berbanding terbalik dengan apa yang mungkin seharusnya terjadi saat revolusi industri 3.0. Revolusi industri 3.0 yang menghadirkan teknologi komputer dan robot sebagai pengganti tenaga kerja manusia, memungkinkan terjadinya peningkatan angka pengangguran. Tenaga kerja rendah di Indonesia juga tidak mengalami dampak buruk dengan adanya revolusi industri 3.0. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, hingga tahun 2014 memang tenaga kerja Indonesia masih di dominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah. Namun demikian, kualitas pendidikan penduduk bekerja cenderung membaik dari waktu ke waktu. Presentase penduduk bekerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) yang semula di tahun 2004 sebesar 76,33 persen menurun 64,82 persen di tahun 2014. Di sisi lain, presentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi (Diploma ke atas) yang semula sebesar 5,22 persen pada tahun 2004, naik menjadi 9,79 persen di tahun 2014. Sehingga, tenaga kerja yang mungkin awalnya masih berpendidikan rendah, mulai mencari cara untuk menyambung pendidikannya guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Disertai dengan upaya penciptaan lapangan kerja yang naik, maka revolusi industri 3.0 tidak akan mempengaruhi tenaga kerja rendah.

            Hal tersebut terjadi karena meningkatnya presentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi. Orang-orang semakin sadar dengan adanya revolusi industri 3.0 yang membutuhkan orang-orang berkompeten untuk mengoperasikan komputer dalam sebuah industri. Sehingga, orang-orang mulai meningkatkan tingkat pendidikan mereka untuk bisa bekerja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Revolusi industri 4.0 terjadi pada abad ke-21 ketika teknologi sangat berkembang sehingga mempengaruhi berbagai aspek, salah satunya industri. Pada era ini, fasilitas fisik seperti alat atau mesin diintegrasikan dengan fasilitas cyber atau internet. Hal-hal seperti autonomous robot, cyber security, simulation, industrial internet, augmented reality, dan big data menjadi salah satu fenomena yang muncul sebagai tanda era 4.0 mulai berkembang.

Menurut kuesioner yang telah disebar, 22.86 % responden merasakan dampak negatif dari adanya revolusi industri 4.0. Responden merasakan bahwa dengan adanya revolusi industri ini, karena dengan mesin menggantikan pekerjaan manusia, akan membuat manusia semakin malas, dan juga banyak tenaga kerja yang dikeluarkan dari pekerjaannya atau lapangan pekerjaan semakin berkurang. Seperti contoh tol lebih cepat karena memakai e-toll dalam metode pembayarannya tetapi dengan adanya e-toll membuat pekerjaan sebagai penjaga pintu tol pun menghilang.

Sedangkan 77.14 % responden lainnya merasakan dampak positif dari revolusi industri 4.0. Responden merasakan dengan adanya revolusi industri 4.0, terdapat banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dengan mudah, cepat, lebih tepat, akurat, dan lebih hemat dengan menggunakan alat atau mesin. Making Indonesia 4.0 merupakan road map revolusi industry 4.0 yang  dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo dengan lima industri yang jadi fokus mplementasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia (Kompas.com,2018).

 Jenis industri tersebut ditetapkan menjadi tulang punggung dalam rangka meningkatkan daya saing yang sejalan dengan perkembangan industri generasi ke empat, dan diharapkan akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi. Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun nonmanufaktur pada tahun 2030, seiring permintaan ekspor yang lebih besar.Selama 5 tahun terakhir, penyerapan tenaga kerja menurut Lapangan Usaha menunjukkan adanya perubahan struktur. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian, dan sektor Pertambangan dan Penggalian menunjukkan trend yang semakin menurun, sebaliknya tenaga kerja yang bekerja di luar sektor pertanian dan pertambangan menunjukkan trend yang meningkat.

 

REVOLUSI Society 5.0

Society 5.0 adalah masa depan dan sudah menjadi tren yang muncul: interaksi dan kolaborasi antara manusia dan mesin. Revolusi sistem fisik yang dirangkum dalam Industri 4.0 ini telah berkembang menjadi Society 5.0 dan secara mendasar mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Society 5.0 adalah revolusi yang mana  manusia dan mesin berdamai dan menemukan cara untuk bekerja sama untuk meningkatkan sarana dan efisiensi produksi. Salah satu dampak dari Society 5.0 yaitu pada era digital memberikan banyak manfaat bagi manusia. Tapi di sisi lain mengancam tenaga kerja karena semua tergantikan dengan kemajuan teknologi.

Hasil riset di Amerika, sebagaimana dilaporkan James Bessen, ekonom dari Boston University menyebutkan bahwa tahun lalu ada sekitar 35% dari 38.000 perusahaan penyedia kerja, melaporkan kesulitan memenuhi posisi yang mereka sediakan, karena kurangnya bakat atau talenta di pasar. Artinya selisih gap yang ada sangat besar antara kebutuhan dan supply tenaga kerja.

Tenaga kerja di masa depan tidak akan membahas lagi seolah seberapa besar bakat yang dimiliki si pekerja.Meningkatnya ekonomi dan bisnis digital, menyebabkan perlunya pemahaman dan keahlian yang berbeda dengan yang dimiliki pekerja sekarang. Artinya, karyawan sekarang memiliki keahlian untuk menjalankan pekerjaan di masa lalu daripada yang dibutuhkan untuk posisi baru di masa depan.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar