Ekonomi Singapura tumbuh lebih pesat
dari perkiraan pemerintah maupun analis pada kuartal I tahun ini. Pemerintah Singapura merilis data ekonominya di kuartal I tahun 2021 (Q1 2021)
pada Selasa (25/5/2021). Dalam rilis itu, tercatat bahwa ekonomi Negeri Singa
tumbuh 1,3% (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2020 lalu. Pertumbuhan
ini merupakan yang tertinggi dalam setahun terakhir saat pandemi Covid-19
melanda. Ini juga memperlihatkan bagaimana Singapura lepas dari resesi, setelah
ekonomi sebelumnya negatif tiga kuartal berturut-turut.
Pada basis kuartal ke kuartal,
ekonomi Singapura tumbuh 3,1%. Ini lebih cepat dari perkiraan pemerintah
sebelumnya sebesar 2%. Dalam pertumbuhan itu, tercatat sektor manufaktur
meningkat sebesar 10,7% dari tahun lalu. Hal itu didorong oleh output yang lebih kuat dalam kelompok elektronik,
teknik presisi, dan bahan kimia. Meski begitu, konstruksi mengalami kontraksi
sebesar 22,7% tahun ke tahun. Sektor ini terbebani oleh penurunan proyek sektor
publik dan swasta. Sementara itu sektor jasa naik sedikit, 0,5% dari tahun
lalu. Ini meningkat dari kontraksi 4,7% di kuartal sebelumnya.
Strategi Singapura Hadapi
Resesi
Melihat
data tahun 2020, perekonomian Singapura mengalami kontraksi sedikit
lebih baik dari yang diprediksi di tahun 2020. Hal ini dikarenakan adanya
peningkatan aktivitas pada kuartal IV setelah adanya pelonggaran pembatasan
terkait Covid-19. Ekonomi Singapura mengalami kontraksi 5,8% pada 2020 (year
on year/yoy). Angka itu lebih baik dari perkiraan resmi yang sebelumnya
sekitar -6% dan -6,5%. Secara khusus, pada kuartal terakhir tahun lalu, ekonomi
Singapura menyusut 3,8% dibandingkan tahun lalu (yoy). Sehingga pada
kuartal keempat, Product Domestic Bruto (PDB) dari Singapura tumbuh
2,1%. Namun, ini yang terburuk sejak
kemerdekaan lebih dari setengah abad yang lalu dan kontraksi tahunan pertama
sejak 2001. Perekonomian yang bergantung pada perdagangan Singapura terpukul
oleh penurunan aktivitas tahun lalu karena negara-negara secara global
memberlakukan lockdown untuk memperlambat penyebaran Covid-19.
Seperti dilaporkan CNBC, pada akhir Mei lalu, pemerintah Singapura mengumumkan
stimulus sebesar 33 miliar dolar Singapura (sekitar 349.6 triliun rupiah).
Stimulus digunakan untuk mendukung ekonomi yang sangat terpukul akibat pandemi.
Paket stimulus itu merupakan yang keempat, yang diumumkan oleh Singapura sejak
wabah Covid-19 melanda dunia. Bersama dengan tiga paket stimulus
sebelumnya, Singapura akan menghabiskan hampir 100 miliar dolar Singapura
(sekitar 105,9 triliun rupiah) untuk membantu bisnis dan rumah tangga
menghadapi dampak ekonomi dari pandemi virus corona. Berikut ini merupakan langkah-langkah stimulus yang ditempuh Singapura:
- Dukungan
upah yang ditingkatkan, bagi bisnis yang tidak dapat melanjutkan operasi
setelah penguncian lockdown atau Circuit
Breaker dicabut bulan Juni, atau mereka yang berada di sektor
yang terpukul keras;
- Keringanan
dan potongan harga dalam retribusi pekerja asing untuk perusahaan di
industri tertentu, seperti konstruksi, serta kelautan dan lepas pantai;
- Keringanan
biaya sewa dan bantuan untuk usaha kecil dan menengah;
- Memperluas
jumlah peluang di sektor publik dan swasta ke lebih dari 40.000 pekerjaan
Stimulus tersebut belum berdampak
signifikan terhadap perekonomian Singapura pada saat itu. Dikutip dari Reuters, pertumbuhan ekonomi ini lebih
tinggi dari perkiraan pemerintah sebelumnya. Manufaktur, keuangan dan asuransi,
serta perdagangan grosir mendukung ekspansi selama kuartal tersebut.
Sebelumnya, analis memperkirakan kenaikan 0,9 persen. MTI
mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB sepanjang 2021 sebesar 4 persen
hingga 6 persen untuk saat ini. Namun, mereka tetapi memperingatkan tingkat
ketidakpastian yang lebih besar dari biasanya yang disebabkan oleh pandemi
serta pembatasan domestik baru terhadap virus tersebut.
Sektretaris Kementerian Perdagangan
dan Industri Gabriel Lim mengungkap meskipun ada kemungkinan bahwa ekonomi
Singapura akan mengungguli perkiraan pertumbuhan untuk 2021 jika permintaan
eksternal melebihi ekspektasi, ada juga risiko penurunan yang signifikan. Secara
kuartal ke kuartal, ekonomi tumbuh 3,1 persen pada kuartal pertama. Negara
ini sering dianggap sebagai penentu pertumbuhan global karena perdagangan
internasional mengerdilkan ekonomi domestiknya. Pemerintah telah menyalurkan
lebih dari S$100 miliar atau setara US$75,34 miliar ke dalam perekonomian untuk
mengatasi dampak buruk tersebut. Bank sentral mempertahankan kebijakan moneter
akomodatifnya pada pertemuan terakhirnya di April. Edward Robinson
selaku Wakil Direktur Pelaksana Monetary Authority of Singapore (MAS), mengatakan dorongan
akomodatif dan suportif dari kebijakan fiskal dan moneter terus mengalir
melalui sistem. Sikap kebijakan tetap sesuai dan bank
sentral Otoritas Moneter Singapura (MAS) akan
meninjau kebijakan pada Oktober 2021, sesuai jadwal. Dia pun menambahkan bank
sentral akan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dinamika
inflasi, serta pertimbangan pertumbuhan.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar