Minggu, 27 September 2020

Indonesia Resmi Resesi, Sri Mulyani: Ekonomi Kuartal Ketiga Bisa Minus 2,9 Persen





     Indonesia masuk zona resesi, setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 yang diperkirakan minus 2,9 persen - minus 1,0 persen.

   Dia menjelaskan dari sisi permintaan di kuartal III/2020 konsumsi rumah tangga masih diperkirakan pada zona kontraksi yaitu minus 3 persen hingga minus 1,5 persen dengan total outlook 2020 konsumsi kita berarti pada kisaran kontraksi minus 2,1 persen hingga minus 1 persen.

   Adapun, peningkatan kinerja konsumsi pemerintah tersebut didorong oleh kebijakan belanja atau ekspansi sebagai cara untuk counter cyclical.Investasi sedikit lebih baik, kendati masih lemah. Hal ini tercermin dari indikator aktivitas bangunan, impor barang modal dan penjualan kendaraan niaga.Sri Mulyani melihat aktivitas pariwisata masih rendah sehingga menekan sektor perhotelan dan transportasi.

   Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan resesi ekonomi memiliki efek domino pada perekonomian sebuah negara. Pertama, aktivitas ekonomi tidak akan semasif seperti kondisi non-resesi. Kedua, perusahaan akan berupaya melakukan efisiensi operasional salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ketiga, gelombang PHK akibat rentetan peristiwa itu menambah jumlah pengangguran. Keempat, ketika pendapatan masyarakat berkurang, akhirnya aktivitas konsumsi juga ikut terkikis. Kelima, saat sumber pendapatan telah berkurang atau habis terdapat tambahan jumlah penduduk miskin semakin besar. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara juga mengatakan ketika berada dalam resesi ekonomi, jumlah penduduk miskin akan bertambah. Terlebih, dampak resesi ekonomi kali ini dialami oleh semua sektor dari perusahaan besar hingga UMKM.

  Meskipun resesi sudah membayangi, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menjaga perekonomian ke depan.

Berikut ini 4 tips yang bisa kita lakukan untuk bersiap dalam menghadapi ancaman resesi :


1. Berhemat

Hemat bukan berarti pelit. Hemat keuangan di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum tahun pasti kapan berakhir sangat penting untuk menghadapi kondisi perekonomian yang bisa jadi lebih seret dari saat ini.

Oleh sebab itu, beberapa pos keuangan yang tidak penting-penting amat perlu ditunda terlebih dahulu dan fokus pada kebutuhan-kebutuhan pokok. Memenuhi kebutuhan pokok secara mandiri juga penting, misalnya untuk kebutuhan makan sehari-hari bisa dimasak sendiri.


2. Persiapkan dana darurat

Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ada banyak peristiwa tak terduga di masa depan yang tak seorang pun mampu melihat dan menghindarinya secara pasti, seperti sakit, kecelakaan, PHK, kematian, kebanjiran dan peristiwa lain yang sifatnya mendadak.

Rumus ideal dana darurat adalah jumlah pengeluaran bulanan dikalikan jumlah bulan yang diantisipasi yang biasanya minimal 6 bulan


3. Membeli produk lokal dan UMKM

Salah satu langkah untuk menopang pertumbuhan ekonomi di saat terancam resesi adalah membeli produk lokal dan UMKM. Dengan begitu, meski aktivitas perdagangan dan industri skala besar menurun, tetapi ekonomi di level bawah masih ada pergerakan.

Membeli produk lokal dan UMKM secara tidak langsung menopang keberlanjutan kehidupan masyarakat, sehingga berpotensi menumbuhkan ekonomi nasional.


4. Berinvestasi

Salah satu investasi yang tetap menarik di hadapan kondisi resesi adalah investasi di pasar modal mulai dari reksa dana dan saham.Diversifikasi investasi di pasar modal bisa dimulai dengan reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap dengan risiko yang tidak terlalu besar.

Adapun khusus untuk saham tentu penting bagi investor dengan lebih memperhatikan saham-saham bluechip.


Sumber : CNN INDONESIA (EKONOMI), Kompas.com